Dalam kehidupan kita
sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam
penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya
kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata
kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong
mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia. Itulah Kebohongan orang tua
pada anaknya. Apa bukti bahwa mereka suka berbohong pada anaknya?
Cerita bermula
ketika masih kecil, sebut saja si Andi, terlahir sebagai seorang anak laki-laki
di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan.
Ketika makan, sang Orang Tua sering memberikan porsi nasinya untuk Andi. Sambil
memindahkan nasi ke mangkuk Andi, Orang Tua berkata : “Makanlah nak, aku tidak
lapar”. KEBOHONGAN Orang Tua YANG PERTAMA
Ketika Andi mulai
tumbuh dewasa, Orang Tua yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk
pergi memancing di kolam dekat rumah, Orang Tua berharap dari ikan hasil
pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan.
Sepulang memancing, Orang Tua memasak sup ikan yang segar dan mengundang
selera. Sewaktu Andi memakan sup ikan itu, Orang Tua duduk disampingnya dan
memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas
sisa tulang ikan yang Andi makan. Andi melihat Orang Tua seperti itu, hatinya
tersentuh juga, lalu menggunakan sendok dan memberikannya kepada Orang Tua’nya.
Tetapi sang Orang Tua dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku
tidak suka makan ikan” . KEBOHONGAN Orang Tua YANG KEDUA
Sekarang Andi sudah
masuk SMP, demi membiayai sekolah abangnya dan dia, Orang Tua pergi ke koperasi
pembuatan kotak korek api untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel
merk’nya, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi
kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, Andi bangun dari tempat tidurnya,
melihat Orang Tua masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya
melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Andi berkata :”Ibu/bapak,
tidurlah, udah malam, besok pagi ibu/bapak masih harus kerja.” Orang Tua
tersenyum dan berkata :”Cepatlah tidur nak, aku tidak capek”. KEBOHONGAN Orang
Tua YANG KETIGA
Ketika ujian tiba,
Orang Tua meminta cuti kerja supaya dapat menemani Andi pergi ujian. Ketika
hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, Orang Tua yang tegar dan
gigih menunggu Andi di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi
lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Orang Tua dengan segera
menyambut Andi dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin
untuknya. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang
yang jauh lebih kental. Melihat Orang Tua yang dibanjiri peluh, Andi segera
memberikan gelasnya untuk Orang Tuanya sambil menyuruhnya minum. Orang Tua
berkata :”Minumlah nak, aku tidak haus!”. KEBOHONGAN Orang Tua YANG KEEMPAT
Setelah kepergian
sang ayah tercinta karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai
seorang ayah dan juga ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia
harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga pun semakin susah
dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin
parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumah Andi pun
membantu ibu baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di
sebelah rumah melihat kehidupan keluarga Andi yang begitu sengsara, seringkali
menasehati ibu Andi untuk menikah lagi. Tetapi Orang Tua yang memang keras
kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh
cinta”. KEBOHONGAN Orang Tua YANG KELIMA
Setelah Andi dan
abangnya semua sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah
waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap
pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Abang Andi
yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut.
Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya punya duit” .
KEBOHONGAN Orang Tua YANG KEENAM
Setelah lulus dari
S1, Andi pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di
sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah
perusahaan. Akhirnya Andi pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang
lumayan tinggi, Andi bermaksud membawa ibunya untuk menikmati hidup di Amerika.
Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata
kepada Andi “Aku tidak terbiasa”. KEBOHONGAN Orang Tua YANG KETUJUH
Setelah memasuki
usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah
sakit, Andi yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera
pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Andi melihat ibu yang terbaring lemah
di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap
Andi dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan
agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit
itu menjamahi tubuh ibu Andi sehingga ibunya terlihat lemah dan kurus kering.
Andi sambil menatap ibunya sambil berlinang air mata. Hatinya perih, sakit
sekali melihat ibunya dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya
berkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” .KEBOHONGAN Orang Tua
YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan
kebohongannya yang kedelapan, ibu Andi tercinta menutup matanya untuk yang
terakhir kali.