Dalam konteks
pendidikan, istilah supervisi pada umumnya
lebih diartikan sebagai kegiatan pengawasan oleh kepala sekolah atau
pengawas sekolah terhadap guru dalam upaya membantu meningkatkan
profesionalisme guru. Selanjutnya, muncul pula istilah peer supervision (supervisi sejawat) yaitu kegiatan supervisi
yang dilakukan bersama rekan sejawat, saling bekerjasama guna
meningkatkan kompetensi dan kinerjanya.
Kedua bentuk supervisi di atas
bertumpu pada pengawasan seseorang oleh orang lain, baik oleh atasan maupun
teman sejawat. Dalam kasus-kasus tertentu pengawasan oleh orang lain seperti
ini mungkin dapat menimbulkan ketidaknyamanan psikologis. Misalnya, merasa
menjadi tertekan dan risi, seolah-olah kehidupan kerjanya diambil
alih dan dikendalikan oleh orang lain.
Belakangan ini muncul istilah Supervisi Diri (Self
Supervision), yaitu salah satu model
supervisi yang memungkinkan pihak yang disupervisi (supervisee) memiliki independensi dalam bekerja, dapat
mengelola diri dan bertanggung atas pertumbuhan profesionalismenya
sendiri.
Merujuk pada tulisan yang dipublikasikan www.exforsys.com, saya akan memberikan gambaran ringkas
tentang Supervisi Diri, khususnya dalam konteks pengembangan profesi
guru.
Supervisi diri
dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru untuk memahami kemampuan
diri, mengatur diri dan mengevaluasi dirinya sendiri dalam rangka beradaptasi
dan menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan kerjanya, sehingga pada
gilirannya dia dapat bekerja secara efektif, efisien dan produktif.
Supervisi diri harus dapat memandu seseorang dalam
mengelola berbagai kegiatan dan pekerjaannya. Beberapa contoh hasil dari
praktik supervisi diri yang dilakukan guru:
·
Guru dapat melakukan tugas tanpa terus-menerus harus diingatkan
oleh atasan
·
Guru membuat program dan rencana kerja tertulis secara benar dan
tepat.
·
Guru mampu mencurahkan segenap pikirannya dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan tanpa gagal dan tepat waktu.
·
Guru membuat laporan tugas yang telah diselesaikannya secara
tertulis
Supervisi diri
memiliki aspek penting yaitu kemampuan merefleksi atas tugas-tugas yang
dilakukannya, didalamnya terdiri dari 2 (dua) komponen penting, yaitu:
(1) observasi diri (self-observation) dan (2) penilaian diri (self-assessment).
Observasi diri yaitu senantiasa memperhatikan dan
waspada atas apa yang Anda lakukan saat ini, di dalamnya mencakup pikiran,
perasaan dan tindakan Anda sebagai guru. Sedangkan penilaian diri adalah mengevaluasi kinerja sendiri,
mengukur proses dan hasil kegiatan dan tugas-tugas yang dilakukan, termasuk di
dalamnya mempertanyakan kembali dampak dan efektivitas dari supervisi diri yang
sedang dikembangkannya.
Supervisi diri bukan berarti menjadikan Anda sebagai boss yang dapat
bertindak semena-mena atas diri Anda sendiri (apalagi terhadap orang lain),
terkait dengan pekerjaan, tetapi lebih mengarah dan menekankan pada pembentukan
kesadaran dan tanggung jawab atas tugas-tugas keseharian Anda sebagai guru.
Terdapat tiga kemungkinan hasil supervisi
diri: (1) hasil yang obyektif, menggambarkan keadaan dan ukuran nyata; (2)
hasil yang under-estimate,menggambarkan keadaan dan ukuran di bawah kondisi nyata,
dan (3) hasil yang over-estimate, menggambarkan keadaan dan ukuran di atas
kondisi nyata. Tentu, yang terbaik adalah supervisi yang dapat
menggambarkan keadaan dan ukuran nyata dan sedapat mungkin menghindari
terjadinya under-estimate atau over-estimate.
1.
Mengkondisikan pikiran secara tepat dan memadai. Bila Anda ingin
belajar bagaimana mengatur kehidupan dan tindakan Anda sendiri, Anda
harus memiliki pola pikir yang tepat. Ini berarti bahwa Anda harus yakin
pada pikiran dan hati nurani Anda sendiri bahwa Anda bisa menjadi
seseorang yang mampu bekerja secara mandiri. Salah satu cara untuk mengkondisikan
pikiran adalah dengan berusaha menempatkan diri Anda pada posisi sebagai orang
lain. Misalnya sebagai atasan Anda, melalui cara ini, Anda bisa
membayangkan dan memikirkan apa sebenarnya yang diharapkan dan dikehendaki
atasan terhadap Anda dalam bekerja. Bagi guru, hal penting adalah berusaha
memposisikan diri sebagai siswa yang merupakan user Anda, sehingga Anda bisa menemukan apa yang
dibutuhkan dan dikehendaki siswa terhadap Anda sebagai gurunya.
2.
Membuat Checklist Keterampilan. Menyusun dan
mengisi checklist atau instrumen pengumpul data akan sangat berguna untuk
mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan diri Anda, khususnya tentang
keterampilan Anda dalam melaksanakan tugas-tugas keseharian Anda. Misalnya,
ketika Anda hendak melihat sejauhmana keterampilan menerapkan pendekatan
saintifik dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan menggunakan Checklist atau
instrumen lainnya yang sesuai, maka Anda akan dapat menemukan
kelemahan-kelemahan spesifik yang masih perlu ditingkatkan. Idealnya,
Checklist (instrumen) didesain dan dikonstruksi sendiri sehingga bisa
menentukan hal-hal spesifik apa yang ingin diungkap dan ditingkatkan. Tetapi
jika Anda belum mampu mengkonstruksi sendiri, Anda bisa memanfaatkan
Checklist (instrumen) buatan orang lain, misalnya menggunakan instrumen
yang biasa digunakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah dalam
melakukan supervisi kelas. Anda juga
bisa mencari sendiri di Internet melalui bantuan Google untuk menemukan
instrumen yang bisa digunakan untuk kepentingan kegiatan supervisi diri Anda.
3.
Membuat daftar tugas (to do list). Mencatat
agenda rangkaian aktivitas Anda yang isinya memuat jawaban dari pertanyaan
apa yang harus saya lakukan pada hari ini? Ini adalah proses
pengambilan keputusan yang tidak hanya berkaitan dengan pelaksanaan tugas
sehari-hari yang bersifat rutin tetapi di dalamnya terkandung proses perbaikan,
mengacu pada data yang diperoleh berdasarkan hasil kegiatan instrumentasi
(Checklist).
4.
Teknik Bercermin (mirroring technique). Anda mungkin
punya idola atau mengagumi seseorang, baik tokoh dunia, tokoh nasional
atau bahkan orang-orang di sekitar Anda, seperti: orang tua, teman
sejawat, atau atasan Anda yang dianggap sukses. Anda bisa bercermin dan belajar
dari mereka tentang bagaimana cara dan gaya mereka dalam menghadapi hidup
dan tantangan hidup, termasuk dalam bekerja. Tidak ada salahnya jika Anda
meniru mereka dan menjadikan mereka sebagai inspirasi bagi Anda dalam bekerja.
Kendati demikian, dalam proses selanjutnya, Anda perlu mengembangkan cara
dan gaya Anda sendiri yang paling sesuai dan Anda merasa nyaman melakukannya.