href='http://www.blogger.com/favicon-image.g?blogID=5195730972603891725' rel='icon' type='image/x-icon'/>

Selamat Datang/Wilujeng Sumping

Selamat datang di blog ini semoga mampu memberi manfaat bagi kita semua

Memory in al-fatah

Album Foto Sdit Al Fatah Slideshow: Nana’s trip from Bekasi, Java, Indonesia to Jakarta was created by TripAdvisor. See another Jakarta slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.

Senin, 24 Maret 2014

GURU KRITIS & GURU IDEALIS

Manusia kritis dan pejuang kemerdekaan pada zaman kolonialisme Belanda disebut pemberontak atau ekstrimis. Pemerintah selalu alergi terhadap “pejuang” yang mengkritisi dan melawan kebijakannya. Setiap zaman selalu melahirkan manusia-manusia kritis yang berseberangan dengan paradigma pemerintah. Sebut saja Retno Listyarti, seorang guru SMAN 13 Jakarta yang sering berseberangan dengan kebijakan pemerintah. Ia adalah guru “pemberontak” yang terus menyuarakan keadilan dalam dimensi pendidikan.
Ia pernah berseberangan dengan kepala dinas pendidikan Jakarta, menyuruh mundur mendiknas, melawan keputusan gubernur DKI Jakarta tentang tunjangan guru, bahkan sampai bermasalah hukum dengan Akbar Tanjung karena buku pelajaran yang ditulisnya. Ia mengkritisi berbagai dinamika pendidikan mulai dari SKB 5 menteri, organisasi profesi, soal UN, RSBI, masalah MGMP, lemahnya militansi guru, pengangkatan kepala sekolah, politisasi profesi guru, kurikulum 2013 dll.
Ditengah pemberontakannya terhadap dunia pendidikan Iapun memiliki prestasi diantaranya adalah; Pemenang citi succes fund dari City Bank (2004); Penerima Award dalam bidang science dari Toray Foundation Japan (2004); Pemenang Go Green School dari Yayasan Kehati (2005); Penerima Award sebagai tokoh pendidikan dari PKS (2007); Juara 1 Lomba Karya Tulis “Kata Mutiara Bung Karno” dari PDIP (2010); Juara 1 Lomba Karya Tulis Lingkungan dari Pertamina (2011); Juara 1 Lomba Karya Tulis Konstitusi dari Mahkamah Konstitusi (2011) plus Retno sudah menghasilkan 9 buah buku,47 artikel, dan 89 makalah.
Munculnya sistem lelang jabatan kepala sekolah membuat Ia berpeluang mengikuti seleksi yang sebelumnya tidak mungkin. Mengapa demikian? Karena menjadi kepala sekolah harus ada rekomendasi dari kepala sekolah sebelumnya. Tanda tangan kepala sekolah inilah yang menurut Retno Listyarti tidak terlalu penting karena dimungkinkan ada unsur KKN. Tanda tangan dapat menjadi tanda “penutup” saldo dan manajemen gelap sebelumnya. Akhirnya Ia terpilih menjadi kepala sekolah hasil sistem lelang. Ini sebuah kesempatan bagi “ sang pemberontak” untuk memperbaiki pendidikan secara mikro di satuan pendidikannya dan secara makro di Indonesia.
Ada beberapa pernyataan Retno Listyarti “Sang Pemberontak” sebelum Ia menjadi kepala sekolah tahun ini 2014 terhadap eksisitensi guru. Pernyataan itu diantaranya adalah; guru jarang (tidak) memiliki militansi untuk memperjuangkan idealisme pendidikan, lebiah senang hanya berdoa atau titip doa bukan terjun langsung kelapangan. Guru dengan organisasinya selama ini tidak mampu memiliki posisi tawar yang tinggi dan sederajat atas berbagai kebijakan pendidikan di Indonesia. Organisasi guru selama ini cenderung menjadi legitimasi atas berbagai kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.
Selanjutnya Retno menyatakan, guru sebaiknya berani melawan ketidakadilan—berbagai diskriminasi dalam segala bentuk, guru harus mampu mengajak siswanya untuk berbagi keresahan akan kondisi negeri ini. Guru harus mampu mempertajam pikiran dan menghaluskan perasaan murid-muridnya. Guru adalah sebuah kekuatan raksasa untuk mengubah negeri ini, namun sayangnya para guru Indonesia merupakan raksasa yang tertidur sangat lelap —saking lelapnya sampai tidak terbangun meski memperoleh berbagai gangguan berat apalagi ringan—, benar-benar terlelap hingga tak bergerak –tak melawan– meskipun didiskriminasi, diintimidasi, bahkan ditindas.
Guru cenderung menerima begitu saja perlakuan dari birokrasi pendidikan yang berkolaborasi dengan kekuasaan tanpa membantah, tanpa melawan dan tanpa memberontak. Karena dia (para guru) juga pengecut maka dia pun (para guru) tidak pernah mengajak muridnya untuk berani menegakan kebenaran dan keadilan, apalagi mengajak untuk menjadi pemberontak.
Kondisi guru Indonesia yang seperti ini, tentu saja penghambat utama dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan. Retno bertanya, Apa kita akan menunggu sampai terjadinya Revolusi setelah keadaan Indonesia seperti di Libya, Mesir, Bahrain dan Yaman? Di negara-negara tersebut, Pemerintah mengabaikan pendidikan, sehingga menciptakan kesenjangan sosial dan ekonomi, tingginya pengangguran, dan tingginya angka penduduk yang buta aksara, serta tingginya angka kemiskinan.
Pernyataan Retno Listyarti di atas setidaknya menjadi sebuah “jabatan” tangan dari Retno agar para guru harus lebih kritis, meningkatkan kompetensi dan tidak diam dan hanya titip doa dalam memperjuangkan sebuah idealisme. Guru adalah raksasa yang harus bangun memperbaiki kelemahan pendidikan negeri ini bukan sebaliknya, tidur ngorok dan susah dibangunkan. Guru jangan hanya bangun ketika negeri ini sudah terlambat untuk diperbaiki.

Penulis :Dudung Koswara, M.Pd.

Amazing Camp