Krisis multi dimensi kini merambah dalam dunia pendidikan
Indonesia. Tampaknya tidaklah keliru apa bila dikatakan pendidikan kita sedang
mengalami mati suri. Bukti konkrit yang dapat dibuktikan dengan munnculnya
kasus-kasus yang sangat mengemparkan bangsa sehingga membuat pendidikan kita
makian terpuruk. Sesunguhnya pendidkan
itu adalah upaya memanusiakan manusia agar hidupnya mulia baik dihadapan
manusia atau dihadapan Ilahi. Pendidikan itu merupakan agen of change bagi
manusia sehingga hidupnya kian bermakna dan bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain.
Perubahan yang kini sedang gencar disosialisasikan dengan
cara melakukan perubahan kurikulum tampaknya akan sia-sia, karena hanya
bersifat parsial tidak menyeluruh bahkan menyentuh praktisi pendidikan secara continue.
Sesunguhnya apa yang keliru dengan pendidikan Indonesia ini?
Mengapa Indonesia ini tidak langsung diperbaiki? Sekadar illustrator, munculnya
buku “Sekolah Para Binatang”. Buku ini dapat dianalogikan dengan kondisi yang
sesungguhnya tentang pendidikan Indonesia selama ini. Dalam sekolah ini
diberlakukan kurikulum secara menyeluruh dengan tanpa melihat latar belakang
dari binatang dalam melaksanakan kurikulum yang diterapkan.
Tampaknya kondisi ini tidak akan beranjak apabila tidak ada
pionir yang mendobrak system pendidikan yang tampaknya akut. Dibalik semua ini
ada kondisi yang kontara diktif dengan munculnya sekolah Islam Terpadu ,
sekolah alam, home schooling yang dapat dijadikan alternative untuk meluruskan
tujuan pendidikan untuk memanusiakan manusia. Namun pertanyaan kecil yang
dianggap sepele: “ Benarkah pendidikan semacam itu yang diharapkan bangsa
Indonesia?” atau jangan-jangan ada alternative lain yang lebih baik.
Bagaimana dengan system yang diuswahkan Rosululloh SAW?
Pertanyaannya dapatkan diterapkan di Indonesia? Kalau bias, apa saja yang harus
dipersiapkan dan bagaimana cara menerapkannya? Marilah kita renungkan bersama
saat refleksi HARDIKNAS ini!