href='http://www.blogger.com/favicon-image.g?blogID=5195730972603891725' rel='icon' type='image/x-icon'/>

Selamat Datang/Wilujeng Sumping

Selamat datang di blog ini semoga mampu memberi manfaat bagi kita semua

Memory in al-fatah

Album Foto Sdit Al Fatah Slideshow: Nana’s trip from Bekasi, Java, Indonesia to Jakarta was created by TripAdvisor. See another Jakarta slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.

Senin, 10 September 2012

Pentingkah RPP dalam Pembelajaran?


Ada diskusi sangat menarik di sebuah Forum Guru Republik Indonesia beberapa hari yang lalu. Diskusi itu dipicu oleh postingan salah satu anggotanya. Dalam postingannya dia menuliskan kata provokatif berikut ini: Guru profesional adalah guru yang mampu mengajar tanpa RPP!.Kontan saja postingan ini mendapat tanggapan yang beragam. Dari yang `melawan` sampai yang memberikan pembenaran-pembenaran terhadapnya.
Saya memandang diskusi ini sangat menarik karena paling tidak terhadap dua alasan yang melatar belakanginya. Pertama, dalam satu sisi, pernyataan di atas mungkin benar adanya, mengingat kenyataan di lapangan RPP hanya menjadi prasyarat administrasi. RPP hanya dijadikan sebagai alat dan bukti kalau guru telah menyiapkan materi dalam jangka waktu tertentu (1 semester). Dalam hal yang lebih birokratis, sebagai prasyarat penting bagi kenaikan pangkat dan angka kredit.
Kecenderungan-kecenderungan pemenuhan syarat administrasi di atas kadang menjadikan sebagian guru memilih jalan termudah: copy paste. Comot sana comot sini yang penting ada bukti fisik RPP. Atau meminta bantuan orang cerdas semacam mbah google, kemudian mendownload RPP yang sudah jadi,mengganti kepemilikan menjadi dirinya, menjilidnya rapi dan melegalisasinya di TU. Dalam konteks ini kemudian RPP tidak banyak membantunya dalam pembelajaran.Hanya menjadi tumpukan-tumpukan kertas yang kadang tidak sempat disentuh,apalagi terbaca (pengalaman pribadi).
Lantas dari mana guru mendapat acuan pembelajarannya. Bukankah RPP laksana route map yang memetakan dari mana kita berangkatnya dan dengan apa mencapai tujuan pembelajarannya?. Memang, pengalaman pribadi saya, menunjukkan bahwa tanpa RPP pun seorang guru  dapat mengajar. Tanpa RPP pun seorang guru mampu menyelesaikan target materi, tanpa `membuat` RPP pun seorang bisa naik pangkat, namun apakah pemenuhan itu ujung dari keberadaan kita sebagais eorang guru.
Tidakkah kita pernah bertanya, apakah pembelajaran kita aman-aman saja, tidak menubruk sana sini, atau tidak terjebak satu sisi pemahaman dan mengaburkan pemahaman yang lainnya? Atau tidak melayang kemana-mana tanpa arah? Mengingat seorang guru yang tidak memiliki gambaran atas apa yang akan dilakukan justru kelebihan waktu dan hanya ingin menunggu lonceng berbunyi semata?
Okey lah mungkin kita termasuk bagian dari book slave, budak buku paket, yang mengajar bukan atas RPP yang kita buat namun berdasar buku paket dan semacamnya. Bisa jadi kita dalam kondisi ini mengajar tanpa RPP pun bisa jalan.Cukup mengetahui pelajaran mana yang akan kita sampaikan, beri penjelasan,bisa penjelasan yang comprehensive atau sekedarnya, diakhiri perintah kita bagi siswa untuk mengerjakan latihan soal. Kalau demikian kita tidak ubahnya laksana robot yang mengikuti alur sebuah buku dari satu halaman kehalaman berikutnya. Bukulah yang menentukan apa yang harus dan tidak harus kita ajarkan. Lantas dimana kemerdekaan kita sebagai guru, dimanakah letak kreatifitas kita jika dalam soal kecil saja kita harus didikte oleh buku paket dan perusahaan pembuatnya.? Sebenarnya buku paket hanya sebagian alat bantu pembelajaran kita, yang utama bagaimana kemampuan kita mengorkestrasi serangkaian bahan dan sumber belajar menjadi harmony pembelajaran yang dahsyat.
Latar belakang kedua adalah bahwa RPP sangat penting perannya dalam pembelajaran. Ialah yang akan menjadi salah satu acuan penting bagaimana seharusnya pembelajaran dilaksanakan dengan alat, metode dan tujuan-tujuan tertentu. Inilah manual pembelajaran kita yang akan memudahkan kita mengelolah kelas. RPP tidak akan hanya member kesempatan kita menyajikan pembelajaran yang lebih baik, namun yang terpenting adalah adanya kesempatan untuk melakukan refleksi atas apa yang telah dibelajarkan selama ini.
Inilah sesungguhnya peran penting RPP sebagai bahan refleksi pembelajaran.Harapannya akan ada perbaikan pembelajaran di episode-episode selanjutnya. Selama ini memang kita dituntut untuk mampu membuat RPP yang efektif dalam penyampaian dan efisien dalam penggunaan waktunya. Namun, tanpa kita sadari sesungguhnya kita tidak pernah memprediksikan apa yang akan terjadi saat pembelajaran dalam RPP tersebut. Hal inilah yang sering menjadikan RPP kehilangan Rohnya. Lahanya lembaran kertas yang tidak mampu banyak membantu kendala-kendala yang kita hadapi di ruang kelas.
Kedepannya, alangkah baiknya jika RPP kita dilengkapi dengan gambaran kelas dan segala yang berada di dalamnya. Semisal potensi, kecenderungan, kendala yang mungkin kita hadapi di dalam kelas tersebut. Semoga diskusi ini semakin menyadarkan saya dan guru lainnya akan arti penting persiapan dalam pembelajaran. Pemeo guru menang semalam, sudah seharusnya kita buang jauh-jauh, karena kini kita menghadapi murid yang berbeda dan dapat dengan mudah mendapat pengetahuan sebagaimana kita dulu. Akhirnya mari kita buat RPP kita sendiri sesuai dengan pengalaman dan refleksi kita selama prose KBM dilaksanakan plus evaluasi atas segala hal yang dialami saat mengajar, sehingga hasil yang diharapkan maksimal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing Camp