Oleh SIDHARTA SUSILA
Bagi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum 2013 sudah beres. Akan tetapi,
bagi sejumlah pengamat dan kelompok peduli pendidikan, kurikulum ini masih
perlu dikritisi serta disempurnakan. Beberapa di antaranya bahkan secara tegas
menolak.
Siapkah para
guru menerapkan kurikulum ini? Rasanya kita butuh guru-guru mbeling ketika
menerapkan Kurikulum 2013.
Istilah
mbeling yang berasal dari bahasa Jawa menyiratkan sifat nakal, suka memberontak
terhadap kemapanan, dan sering kali melakukan tindakan di luar kebiasaan.
Namun, mbeling berbeda dengan asal-asalan. Pada mbeling terkandung unsur
kesadaran, nalar, serta tanggung jawab atas ekspresi mbelingnya. Mbeling
dipilih demi memperjuangkan hal-hal yang prinsip. Pada mbeling sesungguhnya
mensyaratkan kesadaran, kecerdasan, otentisitas, tanggung jawab, serta
keberanian.
Sikap mbeling
sering kali dipilih bukan demi kepentingan diri semata. Sikap mbeling sering
kali justru dipilih untuk memperjuangkan dan merawat kehidupan. Karena itu,
mbeling sering kali menjadi ekspresi panggilan jiwa untuk memperjuangkan
prinsip dan merawat kehidupan.
Guru mbeling
adalah guru yang sadar akan panggilan jiwanya sebagai pendidik. Guru mbeling
sadar akan hal-hal yang membatasi kreativitas dan perjuangan mendidik dengan
benar serta bertanggung jawab. Demi prinsip pendidikan, martabat, dan panggilan
jiwanya sebagai pendidik, ia berani bersusah-susah dan memperjuangkan
pembelajaran di luar kebiasaan.
Dunia
pendidikan bertaburan guru mbeling. Dari merekalah kini kita bisa beroleh
inspirasi serta terobosan-terobosan pembelajaran. Cara didik Anne Sullivan
terhadap Helen Keller adalah salah satu contohnya. Kembelingan Anne Sullivan
tidak hanya menyelamatkan Helen Keller. Mereka melahirkan metode pembelajaran
yang mencerahkan nasib berjuta anak buta dan tuli.
Guru Erin
Gruwell pada film Freedom Writers adalah contoh lain guru mbeling. Sikapnya
yang pantang menyerah terhadap kelasnya yang urakan dan mencekam, serta
pesimisme rekan guru di sekolahnya, membuat tubuhnya dilimpahi adrenalin.
Ekspresi mbelingnya mewujud dalam keberanian menentukan formasi tempat duduk
para muridnya, membuat dinamika kelompok untuk mencairkan ketegangan, juga
kreativitasnya menuntun para murid untuk mencairkan beban hidup lewat penulisan
buku harian. Buah laku mbeling Erin Gruwel adalah solidaritas dan gairah
belajar para muridnya.
Ada juga Mr
Sosaku Kobayashi, kepala sekolah Tomoe Gakuen tempat Totto-chan belajar (pada
novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela). Sikap mbelingnya menciptakan
kesempatan belajar bagi banyak anak ”aneh” yang karena ”keanehannya” tak punya
tempat belajar di sekolah ”normal”. Keberanian Mr Kobayashi meramu model
pembelajaran yang tidak biasa pada masa itu adalah ekspresi sikapmbelingnya
yang nyata. Di Indonesia, pendidik mbeling pernah hadir pada sosok Romo Mangun
dengan SD Mangunannya itu.
Konteks
Kurikulum 2013
Guru mbeling
nan unik lainnya adalah Wei Minzhi pada film Not One Less. Ia guru pocokan.
Usianya 13 tahun. Guru Wei akhirnya mbeling karena harus mencari Zhang Huike,
murid bengal yang terpaksa harus ke kota demi mencari uang untuk pengobatan
ibunya. Seperti digagas Emmanuel Levinas, perlahan, tahap demi tahap, nurani
guru Wei terkoyak oleh paparan duka muridnya. Koyakan nurani yang serentak
menuntut tanggung jawab moral itulah yang menjadikan guru Wei mbeling.
Opini
mengenai Kurikulum 2013 yang telah banyak dibahas di Kompas mestinya memancing
sikapmbeling para guru di negeri ini. Sejumlah alasan mestinya mengoyak nurani
pendidik dan serentak merasa dituntut ikut bertanggung jawab. Sebutlah,
misalnya, analisis Kurikulum 2013 yang absurd, tidak menampung keinginan tahu,
pembentukan sikap kritis, pendangkalan materi, kelemahan pembelajaran bahasa,
hingga kurang matangnya program pelatihan (Kompas 22/2; 24/3).
Memang tidak
mudah membuat kurikulum yang sempurna. Karena itu, seperti kata Anita Lie
(26/2), hendaklah guru sadar bahwa ia harus menjadi sopir yang baik saat
mengemudikan Kurikulum 2013 kelak. Hanya sopir yang baik yang dapat membawa
penumpang (baca: murid) sampai di tempat yang benar dengan selamat.
Sesungguhnya
guru yang berperan sebagai sopir yang baik bagi kurikulum yang masih ditemukan
banyak kelemahan meniscayakan keberanian, kecerdasan, tanggung jawab moral,
bahkan kepiawaian mengemudikan dengan cara-cara yang tidak biasa. Itu artinya,
demi suksesnya Kurikulum 2013 guru negeri ini wajib mbeling.
Beranikah
para guru kita bersikap mbeling dalam mengemudikan Kurikulum 2013? Improvisasi
dan ragam pembelajaran mbeling sering kali tak mudah dilakukan di negeri ini.
Salah satu hadangan berat adalah ketika pada akhirnya harus menjalani
perhelatan ujian nasional. Pembelajaran mbeling, meski demi kepentingan anak
didik, akhirnya menjadi pertaruhan.
Masih berani
menjadi guru mbeling?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar